“Hei, kau kenapa?” tanyaku dengan panik saat melihat air mata mengalir turun ke pipinya.

Sepertinya, melihat kedatanganku membuatnya terkejut. setelahnya, dia buru-buru mengusap air matanya, walaupun dia tahu hal itu adalah kesia-siaan.

Dia tersenyum, memaksakan senyum lebih tepatnya. “Tidak, aku tidak apa-apa, kok. Aku hanya teringat cerita sedih yang kemarin kubaca. Jadi, tidak ada apa-apa, kok, tenang saja.”

Aku menggeleng. “Kamu benar-benar pembohong yang payah.”

Dia diam saja.

“Ayolah, kau sudah berjanji untuk bersikap terbuka padaku. Sekarang, ayo buktikan janji itu padaku. Siapa tahu, aku bisa membantu memberi solusi pada masalahmu, kan?” Aku menghela napas, serta menatapnya penuh harap.

Dia mengedikkan bahu. “Aku hanya merasa tidak diinginkan dan dibutuhkan. Aku juga merasa menjadi orang yang tidak berguna, sering kali merepotkan orang lain. Setiap mengingat hal itu, air mataku selalu saja turun.” Dia berhenti berbicara, lalu tersenyum menatapku. “Nah, apa solusi untuk masalahku yang satu ini?”

Kali ini, aku yang diam.

3 thoughts on “Cerita Mini

Leave a comment